A. Asal - usul
Suku Batak merupakan salah satu suuku bangsa terbesar di Indonesia. Nama ini
merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa
yang bermukim dan berasal dari Pantai Barat dan Pantai Timur di Provinsi Sumatera Utara. Suku bangsa yang
dikategorikan sebagai Batak adalah Toba, Karo, Pakpak, Simalungun, Angkola, dan Mandailing. Batak adalah
rumpun suku-suku yang mendiami sebagian besar wilayah Sumatera Utara. Namun
sering sekali orang menganggap penyebutan Batak hanya pada suku Toba padahal
Batak tidak diwakili oleh suku Toba. Sehingga tidak ada budaya dan bahasa Batak
tetapi budaya dan bahasa Toba, Karo, Simalungun dan suku-suku lain yang
serumpun.
B. Mitologi Batak dan Jenjang Kehidupan Manusia Zaman Keberhalaan
Batak adalah sebuah suku
yang kaya akan mitos baik tentang Debata, dewa-dewa maupun tentang penciptaan
bumi, manusia dan tumbuh-tumbuhan. Semua mitos itu sejak dahulu diceritakan
secara dari mulut ke mulut atau melalui lisan oleh orangtua yang paham akan hal
itu kepada orang yang lebih muda atau anak-anak. Mitos itu dikemas dalam
sebuah turi-turian (cerita dongeng) menurut tema demi
tema. Suku
Batak yang memiliki banyak ragam kebudayaan dan seni yang sangat terkenal, suku
ini pula memiliki mitologi yang telah mereka yakini sebagai asal usul
penciptaan alam semesta serta hal-hal lain yang terkait.
Menurut kepercayaan
orang Batak dalam mitologinya, persoalan kehidupan selalu ada sangkut
pautnya dengan keilahian yang dipercaya sebagai karya Mula Jadi Nabolon . Mite yang mirip
dengan mitologi dalam kepercayaan Hindu dalam cerita turun temurun masyarakat Batak Toba
ini, yaitu adanya tiga oknum dewa masing-masing Batara Guru, Soripada dan Mangala Bulan sebagai aspek dari Mulajadi Nabolon yang memiliki otoritas di bumi untuk mengatur kehidupan manusia
C.Asal Usul dan Perkembangan Kepercayaan Parmalim
Ugamo Malim adalah agama asli yang
dianut Bangsa Batak sebelum agama Islam, Kristen dan Katolik dianut sebagian
besar Batak Toba. Penganut Ugamo Malim disebut parmalim, pimpinan
tertinggi agam Malim adalah Raja Sisingamaharaja I-XII. Saat ini parmalim yang
tersisa di Tanah Batak hanya sekitar 10.000 orang. Agama Malim terpusat di Huta
Tinggi, Laguboti Kabupaten Tobasa. Pimpinan Parmalim bernama Raja Marnangkok
Naipospos, meneruskan kepemimpinan Raja Sisingamangaraja Sinambela XII.
Kepercayaan dan upacara keagamaan sebelum masuknya agama Nasrani dan Islam,
mencerminkan pembaruan dari dua unsur utama yang ikut membentuk kebudayaan
Batak, yaitu kebudayaan Megalitik kuno dan pengaruh india.
Sebelum
orang Batak mengenal tokoh dewa-dewa orang India dan istilah “Debata”,
sombaon yang paling besar orang Batak (kuno) disebut “Ompu Na Bolon”
(Kakek/Nenek Yang Maha Besar). Ompu Nabolon (pada awalnya) bukan salah satu
dewa atau tuhan tetapi dia adalah yang telah dahulu dilahirkan sebagai nenek
moyang orang Batak yang memiliki kemampuan luar biasa dan juga menciptakan adat
bagi manusia. Tetapi setelah masuknya kepercayaan dan istilah luar khususnya
agama Hindu; Ompu Nabolon ini dijadikan sebagai dewa yang dipuja orang
Batak kuno sebagai nenek/kakek yang memiliki kemampuan luar biasa. Untuk
menekankan bahwa“Ompu Nabolon” ini
sebagai kakek/nenek yang terdahulu dan yang pertama menciptakan adat bagi
manusia, Ompu Nabolon menjadi “Mula
Jadi Nabolon”atau “Tuan
Mula Jadi Nabolon”. Karena kata Tuan, Mula, Jadi
berarti yang dihormati, pertama dan yang diciptakan merupakan kata-kata asing
yang belum pernah dikenal oleh orang Batak kuno. Selanjutnya untuk menegaskan
pendewaan bahwa Ompu Nabolon atau Mula Jadi Nabolon adalah salah satu dewa
terbesar orang Batak ditambahkanlah di depan Nabolon atau Mula Jadi Nabolon itu
kata ‘Debata’ yang
berarti dewa (jamak) sehingga menjadi “Debata
Mula Jadi Nabolon”
D.Kepercayaan Parmalin dan Ajaran-ajarannya
1. Kepercayaan Parmalim
a) Kepercayaan kepasa Si
Pemilik Kearajaan Malim di Banua Ginjang
1) Debata Mulajadi
Nabolon
Tuhan Yang Maha Esa
dalam agama Malim adalah Debata Mulajadi Nabolon yang dalam bahasa Batak
bermakna Debata yang “mahaawal” dan “mahabesar”. Dialah Tuhan yang memiliki
sifat maha pencipta, maha menjadikan, mahakuasa dan awal mula dari segala yang
ada. Tidak ada dari segala yang ada itu tak bermula dari padanya-Nya.
2) Debata Na Tolu
Debata Na Tolu (Debata
yang tiga) adalah nama kesatuan dari dewa yang tiga yaitu dewa Bataraguru,
Sorisohaliapan, dan Balabulan. Ketiga-tiga dewa ini disebut sebagai dewa yang
pertama dijadikan setelah Banua Ginjang beserta isinya.
3) Si Boru Deakparujar
Dalam kepercayaan
agama Malim Deakparujar merupakan salah satu dewa yang wajib disembah
oleh parmalim. Deakparujar adalah satu-satunya dewa yang mendapat
kuasa untuk mencipatakan Banua Tonga (bumi) ini.
4) Nagapadohaniaji
Nagapadohaniaji
merupakan salah satu dewa yang ikut dalam kelompok si pemilik kerajaan Malim di
Banua Ginjang. Nagapadohaniaji diberi tugas oleh Debata Mulajadi Nabolon yakni
memelihara Banua Tonga.
5) Si Boru Saniangnaga
Salah satu dewa yang
wajib diimani dalam agama Malim ialah Saniangnaga. Dia juga termasuk dewa yang
sama kedudukannya denagn dewa-dewa lainnya yaitu sama-sama si pemilik kerajaan
Malim di Banua Ginjang.
b) Kepercayaan kepada
Si Pemilik Kerajaan Malim di Banua Ginjang
Dalam pemahaman agama Malim, harajaon memiliki
makna keagamaan. Berhubungan dengan ini, maka yang dimaksud dengan raja
bukanlah memiliki arti yang sesungguhnya, tetapi”raja” yang dimaksud yaitu
memiliki tugas sebagai pembawa agama.
c) Kepercayaan Kepada
Habonaran
Salah satu komponen dalam seistem kepercayaan agama Malim adalah
mempercayai adanya ”habonaraní”. Secara harfiah, kata ”habonaran”
dalam bahasa Batak bisa bermakna “kebenaran”.
d) Kepercayaan Kepada
Sahala
Dalam kamus bahasa Batak Indonesia mengartikan sahala sebagai “kharisma”
dan “wibawa”, namun belumlah tepat dengan makna yang sesungguhnya.
2. Ajaran-Ajaran agama Malim
a) Konsep Kesucian Diri Menurut Agama Parmalim
Agama Malim sebagai jalan pertemuan dimaksudkan bahwa melalui
agama inilah para penganutnya dapat melakukan hubungan dengan Debata baik pada
waktu melakukan upacara keagamaan (ibadat) maupun diluar ibadat.
b) Konsep Dosa menurut Agama Malim
Dosa dalam agama Malim dilukiskan sebagai perbuatan yang
menjijikan Debata (pangalaho hagigion ni Debata). Kriteria perbuatan
yang menjijikan bisa dikenali apabila perbuatan itu tidak sesuai dengan hukum
Debata sebagaimana tertuang dalam peraturan baik yang berbentuk
suruhan/perintah maupun larangan.
E. Upacara Keagamaan dalam kepercayaan Parmalim
1. Upacara Marisabtu
Marisabtu adalah salah
satu upacara agama (ibadat) yang terpenting dalam agama Malim. Ibadat ini wajib
dilaksanakan sekali dalam sepekan yaitu pada hari sabtu.
2. Upacara Martutuaek
Martutuaek merupakan salah
satu aturan atau ibadat dalam agama Malim nmun perlu diketahui bahwa sebelum
agama Malim resmi ada, yakni pada zaman Sisimangaraja I bahkan sejak dari
Siraja Batak, martutuaek sudah menjadi bagian dari adat
istiadat masyarakat Batak namun setelah agama Malim resmi ada, acara martutuaek bukan
lagi sekedar adat kebiasaan tetapi sudah berubah status hukumnya menjadi suatu
aturan atau ibadat yang wajib diamalkan.
3. Upacara Pasahat
Tondi
Pasahat Tondi berasala dari
dua kata, yaitu “pasahat” yang bermakna ”menyampaikan”, “menyerahkan”,
sedangkan makna “tondi” adalah “ruh”. Dengan demikian pasahat
tondiberarti menyampaikan atau menyerahkan ruh.
4. Upacara Mardebata
Mardebata adalah satu satu
ritual agama malim. Secara harfiah kata mardebata bermakna
“menyembah Debata”. Sedangkan, menurut istilah agama, arti mardebata ialah:
“upacara penyembahan kepada Debata dengan perantara sesaji (pelean) yang
bersih dan diantarkan melalui bunyi-bunyian gendang selengkapnya (gondang
sabangunan).
5. Upacara Mamasumasu
Salah satu upacara yang
agama yang tidak boleh diabaikan oleh penganut agama Malim ialah mamaumasu.
Istilah mamasumasu dalam agama Malim dapat diartikan “pemberkatan
perkawinan”
6. Upacara Manganggir
Manganggir adalah upacara
yang dapat disamakan dengan sacrament (baptis) dalam agama
lain.
7. Upacara Sipaha Lima
Sebagaimana dalam
kalender Batak, Sipaha Lima diperingati setahun sekali sebagai bentuk syukur
atau ungkapan terima kasih atas apa yang dicapai kepada sang pencipta Debata
Mulajadi Nabolon. Upacara diisi dengan doa-doa, tor-tor, penyerahan
persembahan dan penyampaian nasihat-nasihat dari pimpinan Parmalim yang
disebut Ihutan. Ihutan saat ini dipimpin oleh Raja M
Naipospos.
Seperti penuturan Toga
Sitorus, salah satu keturunan pimpinan kepercayaan Parmalim. Upacara Sipaha
Lima yang paling sakral adalah upacara pemberian persembahan (Pameleon)
melalui berbagai jenis makanan khas Batak dan penyembelihan seekor lembu hitam.
Itu dipersembahkan kepada sang pencipta yang sebelumnya telah disucikan.
Persembahan diletakkan dalam tempat yang disediakan atau disebut langgatan dengan
dipimpin langsung oleh Ihutan. Kemudian digelar acara doa dan
diselingi musik gondang sabangunan.
8. Upacara Sipaha Sada
tiap dua kali dalam
setahun digelar upacara keagamaan besar yang disebut Sihapa Sada, yakni sebuah
upacara untuk menyambut tahun baru sekaligus demi memperingati kelahiran para
pemimpin spiritual Parmalim, dan juga Sihapa Lima, yang dimaksudkan untuk upacara
syukuran atas rahmat yang diterima dari Raja Mulajadi Nabolon.
Dalam upacara ini, mereka
disamping untuk menyambut tahun baru juga untuk mendoakan para raja Parmalim
terdahulu, sejak dari Sisingamaharaja hingga raja-raja yang sekarang, pun juga
tak lupa untuk mendoakan para pemimpin disegala penjuru dunia yang dalam
pemaknaan filosofis mereka disebut sebagai pemimpin dari empat penjuru dunia
dan empat segi kehidupan
F. Interaksi Kepercayaan Orang Batak dengan Agama-agama Lain
Masyarakat suku Batak juga sukar menerima
pengaruh-pengaruh dari luar. Sifat tertutup orang Batak mulai terbuka setelah
terjadi penyerbuan dan pendudukan Islam di bagian Selatan daerah Batak pada
tahun 1830-an, yang kemudian disusul dengan masuknya RMG pada tahun 1861,
hampir bersamaan dengan permulaan masa pendudukan Belanda secara bertahap atas
daerah Batak.
Comments
Post a Comment