ejournal.unp.ac.id/index.php/psikologi/article/download/.../5166
Mentawai
merupakan sebuah kepulauan yang terletak di provinsi Sumatra Barat. Kabupaten
Mentawai sendiri, terletak sekitar 85-135 km dari pantai Sumatera Barat, dengan
luas daratan kurang lebih 7000 km². Kabupaten Mentawai merupakan kabupaten kepulauan
yang terletak memanjang dibagianpaling barat pulau Sumatera dan dikelilingi
oleh Samudera Hindia. Adapun
suku asli yang tinggal di daerah ini, yaitu suku Mentawai. Suku Mentawai
merupakan salah satu bukti keanekaragaman budaya Indonesia yang eksotik dan tak
ternilai harganya.
Suku
Mentawai berjuang untuk hidup didalam kebudayaan tradisional mereka, dan terus melestarikan
arat sablungan, arat sablungan merupakan sistem kepercayaan pada Suku
Mentawai, sistem keyakinan ini memberikan penghormatan kepada langit, tanah,
laut, sungai dan semua yang ada di alam. Kini Suku Mentawai dipimpin oleh Sikirei
(Pemangku Kebudayaan) yang terus menolah pengaruh modern, dan memanfaatkan
pengetahuan yang mendalam tentang makanan di hutan, obat-obatan, dan sumber
daya alam.
https://media.neliti.com/media/publications/130960-ID-modernisasi-dan-komersialisasi-uma-masya.pdf
Masyarakat Mentawai berkulit kuning-coklat
dengan mata sipit dan rambut tipis, seperti layaknya orang Hawai, Tahiti, atau
Kepulauan Polynesia. Bahasa mereka tergolong ke dalam rumpun bahasa Proto
Melayu. Suku ini me-rupakan masyarakat dengan salah satu kebudayaan
tradisional zaman neolitik tertua yang masih hidup di Nusantara hingga saat
ini. Meski saat ini kebanyak -an masyarakat Mentawai menganut aga-ma Kristen
dan Katolik, mereka tetap tidak meninggalkan agama adat mereka yang disebut
sebagai Arat Sabulungan.
Masyarakat Mentawai bersifat patrilineal dan kehidupan sosial dalam
suku itu disebut “Uma”—istilah yang sama dengan rumah besar yang ditinggali
mereka secara berkelompok. Uma ditinggali 5 sampai dengan 7 keluarga yang dalam
kehidupan sosialnya bersifat egalitarian dan biasa-nya dikepalai oleh seorang
Rimata. Rimata merupakan lambang pemimpin kehormatan atau orang yang dianggap
arif.
Bagi masyarakat Mentawai, Uma lebih dari sekadar rumah. Uma adalah
simbol budaya Mentawai yang hidup di tengah derasnya tantangan pengaruh dunia
modern. Uma merupakan ke-banggaan masyarakat Mentawai. Setiap Uma diberi nama
sesuai dengan nama keluarga besar pemiliknya Rumah panjang Mentawai ini atau
Uma tidak berpatokan menurut orientasi mata angin. Uma dianggap hanya akan
makmur di tempat yang disetujui oleh leluhur atau roh setempat.
Di
Indonesia dengan keragaman suku dan budayanya, terdapat banyak bukti bahwa
kearifan dan kelembagaan masyarakat lokal dapat mengelola SDA secara
berkelanjutan. Hal ini membuktikan bahwa interaksi masyarakat lokal dengan SDA
dan lingkungannya berkesesuaian dengan berbagai prinsip pengelolaan SDA secara
berkelanjutan. Di beberapa kawasan konservasi, pola interaksi yang terjalin
antara masyarakat dengan lingkungannya memberikan dampak yang cenderung positif
terhadap kelestarian hutan dan lingkungan.
Salah
satu kelembagaan lokal yang dikenal dalam mengelola SDA secara tradisional
adalah kelembagaan Suku Mentawai. Kelembagaan tersebut didasarkan pada
kepercayaan tradisional mereka yang disebut arat sabulungan, yang
mempercayai bahwa semua benda mempunyai jiwa / roh (simagre/bajou). Oleh
karena itu, segala bentuk aktivitas masyarakat perlu menjaga harmonisasi semua
jiwa/roh yang ada. Dalam menjaga harmonisasi tersebut, banyak tabu atau
pantangan (kei-kei) yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-hari
termasuk dalam mengelola SDA.
Comments
Post a Comment